kenaikan harga kedelai membuat runyam pasar tempe di indonesia. masyarakat dari kelas sosial proletar (macam saya) yang relatif pas-pasan, dibuat kesulitan mengakses protein.
tempe, tahu, oncom dan derivatif lain dari kedelai memang merupakan sumber protein yang paling terjangkau masyarakat kita, juga saya (i love these foods so much..). teknologi pembuatan nya pun adalah teknologi lokal (sama sekali tidak termasuk hi-tech, karena bahkan untuk membuat tempe secara tradisional, kedelai yang telah direbus kemudian diinjak-injak.., yiieks..).
yang menjadi masalah adalah, bahwa bahan bakunya harus diimpor (dari amerika lagi..). awalnya amerika menjual kedelai nya dengan harga begitu murah sedemikian hingga lebih murah dari biaya yang diperlukan untuk menanam kedelai di indonesia. ini membuat kita lebih memilih untuk mengimpor. setelah puluhan tahun menggunakan kedelai amerika, kita menjadi kecanduan. produsen tempe beranggapan kedelai amerika menghasilkan tempe yang lebih enak, bagus, dan tahan lama (bisa jadi kerena itu adalah kedelai transgenik..).kedelai lokal, dihargai murah karena menghasilkan tempe yang versi pedagang dan produsen kualitasnya lebih jelek (ini perlu pengujian laboratorium untuk memeriksa kandungan protein, dan gizi yang lain..juga toksin nya).
candu... kedelai tentu bukan candu. namun kedelai amerika bagi lidah indonesia terasa begitu nikmat, tak tergantikan.
ketika kemudian mereka menaikkan harga kedelai, kita, tidak bisa tidak, tetap membeli kedelai dari mereka. untuk mengurangi tingginya harga, pemerintah lalu membebaskan bea masuk impor kedelai..(bego banget deh, ini kan sama ajah memberikan pajak/bea masuk tersebut secara cuma-cuma buat amerika...)
tidak ada yang berubah dengan pasar kedelai dunia, tidak ada perubahan permintaan yang drastis akan kedelai, tidak juga permintaan akan tempe.. dan amerika menaikkan harga kedelai, menguji ketergantungan indonesia akan kedelai mereka, legitimasi klaim mereka atas patent tempe.
kemudian DPR menyalahkan menteri pertanian, dianggap tidak becus bekerja dan menyarankan untuk mundur. padahal semua tau, kebijakan untuk impor kedelai in the 1st place, tentu bukan kerjaan menteri pertanian yang sekarang.
pekerjaan menteri pertanian sekarang, justru baru dimulai. bagaimana memanfaatkan tingginya harga kedelai untuk memotivasi petani agar menanam kedelai, menjadi penghasil kedelai. Bagaimana memaksa produsen tempe untuk menggunakan kedelai lokal. Memaksa dan membiasakan konsumen untuk memakan tempe berbahan kedelai lokal. tempe dan tahu asli made in indonesia..
saya yakin, rasanya tentu lebih nikmat...
atau nekat, mengimpor american soybean, membuat tempe dengan harga selangit... american tempe made in indonesia.. untuk konsumsi borjuis berlidah ndeso. buat kaum proletar, biarlah peyek lalat atau oseng-oseng coro menjadi sumber protein pengganti tempe..
She’s in Fashion
14 years ago
0 comments:
Post a Comment