mengendarai angin

hampir 2 bulan diawal tahun 2009 saya tidak menulis sesuatu yang berarti. Padahal banyak hal penting atau paling tidak suatu cerita tentang hidup saya dan orang-orang disekitar saya yang cukup menarik untuk dibagi. berbagi cerita hidup. banyak fenomena ganjil yang dengan mudah kita temui belakangan ini. yang terakhir dan cukup menggemparkan adalah "fenomena air Ponari". Bahwa keajaiban itu mungkin dan memang ada, itu tak perlu dipertanyakan. namun bahwa kemudian semua orang berbondong-bondong mengharapkan keajaiban dengan menafikan rasionya, itu menjadi tanda tanya besar bagi saya. Sementara Sang Pencipta Jagatpun menciptakan semesta raya melalui sebuah proses (walaupun Dia dapat saja menciptakannya seketika), sementara mukjizat atau Keajaiban terbesar Rosulullah SAW pun berupa sebuah kitab, tentu itu memiliki makna pembelajaran yang dalam. Semua itu menunjukkan betapa proses dan tahapan-tahapan itu sangat penting, betapa usaha atau ikhtiar itu sangat penting. Kalau kemudian dikatakan bahwa berusaha memperoleh air Ponari pun adalah sebuah usaha, sebuah ikhtiar, itu memang tidak salah dalam konteks mekanisme proses. Namun secara esensi, yang diharapkan para pemburu air Ponari adalah kesembuhan seketika, hasil instan. mereka beranggapan ada tuah dalam air Ponari sehingga saat diminum, segala penyakin akan langsung sirna.
hukum kausalitas itu ada dan saya mengimani itu. hukum kausalitas buat saya adalah manifestasi Sunatullah. Bagaimana kemudian air Ponari bisa menyembuhkan berbagai penyakit, tentu perlu diperiksa, diteliti, apakah memang secara medis ada hubungan antara air tersebut dengan pemulihan kondisi tubuh. jika ternyata air Ponari itu tak berbeda dengan air yang lain, maka yang sebenarnya mempengaruhi proses penyembuhan adalah kekuatan sugesti, keyakinan. pada proporsinya, sugesti adalah kekuatan yang luar biasa. namun sugesti yang didasari pada sesuatu yang bukan Dia, maka akan sama dengan penduaan, selingkuh. Dan menyelingkuhi Sang Maha Raja tentu akan berakibat fatal.
semuanya dapat ditarik kembali ke akar masalahnya. buat saya, penyebab fenomena Ponari adalah pijakan iman yang lemah dan tingkat pemahaman atas sunatullah yang kurang baik. Itu semua berawal dari kualitas pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Semakin lemah pemahaman kita akan sesuatu, semakin mudah kita diombang-ambingkan logika. bagai bertumpu pada angin. semakin sedikit yang kita tahu, semakin banyak hal gaib bagi kita.
kata gaib sendiri belakangan ini mengalami penyempitan makna. banyak diantara kita menganggap bahwa gaib itu identik dengan alam lain tempat makhluk halus tinggal. padahal segala sesuatu yang tidak kita ketahui secara pasti adalah sesuatu yang gaib. dengan devinisi ini, maka tingkat kegaiban bagi setiap orang tidak akan pernah sama. apa yang gaib bagi saya, belum tentu gaib bagi orang lain. apa yang dilakukan teman saya di kota Djogja, buat saya adalah gaib karena saya tidak tinggal di Djogja. Teman saya itu bisa saja mengaku telah melakukan A, B, C, atau D dan saya tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh teman saya itu. itu juga bagian dari gaib. secara umum, gaib bagi saya adalah segala sesuatu "beyond my knowledge".
Dan berpijak pada sesuatu yang gaib tanpa iman adalah laksana mengendarai angin...


Reblog this post [with Zemanta]

0 comments: