Kata orang, mata adalah jendela hati. Buatku mata bukan sekedar jendela. Mata adalah the main entrance of any being’s heart. Aku bisa mengenali karakter seseorang hanya dari tatapan matanya. Dan sayangnya, insting ini cenderung lebih bekerja dengan baik saat aku berhadapan dengan wanita. Dengan kata lain, lebih mudah bagiku untuk mengenali karakter wanita daripada pria. Cukup sepersekian detik bertatap mata, aku dapat segera menyimpulkan bagaimana aku harus bersikap selanjutnya. Dari sekedar jaga jarak, menutup diri, terbuka, terus terang, menjadi diriku atau bahkan menjadi orang lain.
Dan siang itu aku mengalaminya. Mengalami kondisi bertatap mata sepintas. Sambil lalu, namun akan sulit terlupa, karena ada api, ada pedang di tatapan matanya. Dan api dimata seorang wanita, buatku bukan hal yang menyenangkan. Sebagai mahluk dengan elemen air dan tanah yang dominan, secara default, tanpa sadar aku kan selalu menganggap tatapan api sebagai ancaman. Hanya ada dua kemungkinan yang bisa aku pilih, melawannya, memadamkan api itu atau meninggalkannya. Dan siang itu aku memilih yang kedua.
Dan siang itu aku mengalaminya. Mengalami kondisi bertatap mata sepintas. Sambil lalu, namun akan sulit terlupa, karena ada api, ada pedang di tatapan matanya. Dan api dimata seorang wanita, buatku bukan hal yang menyenangkan. Sebagai mahluk dengan elemen air dan tanah yang dominan, secara default, tanpa sadar aku kan selalu menganggap tatapan api sebagai ancaman. Hanya ada dua kemungkinan yang bisa aku pilih, melawannya, memadamkan api itu atau meninggalkannya. Dan siang itu aku memilih yang kedua.
0 comments:
Post a Comment